·
Static solution culture (kultur air statis)
·
Continuous-flow solution culture, contoh: NFT (Nutrient Film Technique),
DFT (Deep Flow Technique)
·
Aeroponics
·
Passive sub-irrigation
·
Ebb and flow atau flood
and drain sub-irrigation
·
Run to waste
·
Deep water culture
·
Bubbleponics
·
Bioponic
Static solution culture
Budidaya Tanaman Sayur Secara Hidroponik
Static solution
culture memiliki
pengertian budidaya hidroponik dengan air statis yang mana
airnya diam dan tidak mengalir, merupakan teknik hidroponik yang akarnya secara
terus-menerus akarnya tercelup air yang diletakkan pada wadah berisi
larutan nutrien.
Namun Di
Indonesia, Static solution culture lebih dikenal dengan
istilah teknik apung (atau disebut rakit apung) dan sistem sumbu (atau
disebut wick system). Merupakan jenis paling sederhana dari semua
jenis hidroponik.
Untuk ukuran wadah
larutan dapat berbeda tergantung pada penggunaan dan ukuran tanaman. Dalam
skala kecil (skala rumah tangga maupun hobby berskala kecil), hidroponik dapat
dibuat dengan wadah yang biasanya dipakai di dalam rumah seperti gelas, toples, ember, ataupun bak air.
Wadah bening dapat di
bungkus dengan Aluminium foil, plastik, cat, atau material lain
yang menolak cahaya (membuat
cahaya tidak bisa masuk) agar tidak tumbuh lumut.
Penutup wadah air
dilubangi dan diisi tanaman, disitu dapat diisi satu atau beberapa netpot
tanaman untuk setiap wadah air. Dalam teknik sumbu sendiri
setiap net pot diisi media tanam dan potongan kain yang menjulur ke bawah yang
berfungsi menyerap larutan ke akar tanaman melalui pipa-pipa
kapiler pada kain. Sedangkan dalam teknik apung dapat
menggunakan lembaran gabus yang dilubangi dan disisi pot-pot kecil yang diisi
(media tanam) untuk tanaman yang akarnya tercelup langsung pada wadah air.
Agar larutan nutrien dapat
bersirkulasi secara merata, maka perlu diberi oksigen dengan
mesin penggelembung udara atau disebut aerator (aerator
kecil bisa didapat di toko ikan) ataupun dengan penggunakan pompa air yang
biasa dipakai di aquarium. dalam skala komersial dapat menggunakan pompa
bertenaga medium (yang biasa dipakai untuk pancuran kolam dan taman).
Tanpa aerator pun
masih bisa, namun jika tidak di beri aerator, akan membuat larutan yang berada
di bagian bawah menjadi tidak terserap lantaran posisi akar berada di atas
larutan yang tidak terserap (lantaran air tidak bersirkulasi), dan juga,
akar-pun kurang mendapat asupan oksigen.
Larutan nutrien dapat
diganti sesuai jadwal atau sesuai prosedur. Setiap kali larutan berkurang
hingga di bawah tingkat tertentu, maka perlu menambahkan air atau larutan
nutrisi segar sesuai dengan kebutuhan masing-masing tanaman yang dinyatakan
dengan satuan TDS (Total Solid Dissolved) atau PPM (Part per
Million) yang diperlukan.
Dalam budidaya teknik
sumbu (wick system) memiliki kendala pada penurunan volume larutan,
untuk mencegah ketinggian larutan nutrien turun
di bawah akar ataupun sumbu, dapat digunakan keran dengan katup pelampung bola
(yang biasa dipakai di tandon) untuk menjaga ketinggian larutan secara
otomatis. Dalam budidaya larutan rakit apung, tanaman ditempatkan dalam celah
pada lembaran gabus / stereofoam yang
mengapung di atas permukaan larutan nutrisi. Dengan teknik apung, ketinggian
larutan tidak akan turun di bawah akar dan akarpun selalu tercelup pada larutan
nutrien.
Aeroponik
Aeroponik merupakan
sistem yang akarnya secara berkala dibasahi dengan butiran-butiran
larutan nutrien yang
halus (seperti kabut). Metode ini tidak memerlukan media dan memerlukan tanaman
yang tumbuh dengan akar yang menggantung di udara atau pertumbuhan ruang yang
luas yang secara berkala, akar dibasahi dengan kabut halus dari larutan
nutrisi. Aerasi secara sempurna merupakan kelebihan utama dari aeroponik.
Teknik aeroponik telah
terbukti sukses secara komersial untuk perkecambahan biji, produksi benih
kentang, produksi tomat, dan tanaman daun.[8] Karena
penemu Richard Stoner mengkomersialkan teknologi aeroponik pada tahun 1983,
Aeroponik telah dilaksanakan sebagai alternatif untuk sistem pengairan
hidroponik secara intensif di seluruh dunia.[9] Kelebihan
aeroponik yang lain yang berbeda dari hidroponik adalah bahwa setiap jenis
tanaman dapat tumbuh (dalam sistem aeroponik yang benar), karena lingkungan
mikro dari aeroponik benar-benar dapat dikontrol. Keunggulan aeroponik adalah
bahwa tanaman aeroponik yang di jeda pembasahannya akan dapat menerima 100%
dari oksigen yang
ada, dan karbon dioksida pada bagian akar, batang,
serta daun,[10] sehingga
mempercepat pertumbuhan biomassa dan mengurangi waktu perakaran.
Penelitian NASA
menunjukan teknik aeroponik, bahwa tanaman dapat mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 80% dalam massa berat kering (mineral penting) dibandingkan
dengan tanaman yang tumbuh pada hidroponik lain. Aeroponik menggunakan 65% air
dari kebutuhan air hidroponik. NASA juga menyimpulkan bahwa tanaman yang tumbuh
dengan aeroponik, membutuhkan ¼ nutrisi yang digunakan dibandingkan dengan
hidroponik lain [11].
Bercocok tanam dengan Aeroponik menawarkan
kemampuan petani untuk mengurangi penyebaran penyakit dan patogen. Aeroponik
juga banyak digunakan dalam penelitian laboratorium fisiologi tanaman dan patologi tanaman.
Teknik aeroponik mendapat perhatian khusus oleh NASA karena kabut
lebih mudah untuk ditangani daripada menangani cairan di tempat tanpa
gravitasi [12].
Kelebihan lain dari
aeroponik ini, kentang dapat dipanen tanpa merusak jaringan akar pada tanaman
sehingga sebuah tanaman dapat dipanen berkali-kali[13] dan
dapat memilih umbi kentang yang siap panen.
0 Komentar